Rabu, 30 November 2011

cardiovasculer


Cardiovascular disease

Heart disease or cardiovascular disease are the class of diseases that involve the heart or blood vessels (arteries and veins).[1] While the term technically refers to any disease that affects the cardiovascular system (as used in MeSH C14), it is usually used to refer to those related to atherosclerosis (arterial disease). These conditions usually have similar causes, mechanisms, and treatments.
Most countries face high and increasing rates of cardiovascular disease. Each year, heart disease kills more Americans than cancer. In recent years, cardiovascular risk in women has been increasing and has killed more women than breast cancer.[2] A large histological study (PDAY) showed vascular injury accumulates from adolescence, making primary prevention efforts necessary from childhood.[3][4]
By the time that heart problems are detected, the underlying cause (atherosclerosis) is usually quite advanced, having progressed for decades. There is therefore increased emphasis on preventing atherosclerosis by modifying risk factors, such as healthy eating, exercise, and avoidance of smoking.
Cardiovascular system
n      The cardiovascular system has three types of blood vessels:
Arteries (and arterioles) – carry blood away from the heart
Capillaries – where nutrient and gas exchange occur
Veins (and venules) – carry blood toward the heart.

n      Arteries and arterioles take blood away from the heart.
The largest artery is the aorta.
The middle layer of an artery wall consists of smooth muscle that can constrict to regulate blood flow and blood pressure.
Arterioles can constrict or dilate, changing blood pressure.
n      Capillaries have walls only one cell thick to allow exchange of gases and nutrients with tissue fluid.
Capillary beds are present in all regions of the body but not all capillary beds are open at the same time.
Contraction of a sphincter muscle closes off a bed and blood can flow through an arteriovenous shunt that bypasses the capillary bed.
n      Venules drain blood from capillaries, then join to form veins that take blood to the heart.
Veins have much less smooth muscle and connective tissue than arteries.
Veins often have valves that prevent the backward flow of blood when closed.
Veins carry about 70% of the body’s blood and act as a reservoir during hemorrhage.
n      The heart is a cone-shaped, muscular organ located between the lungs behind the sternum.
The heart muscle forms the myocardium, with tightly interconnect cells of cardiac muscle tissue.
The pericardium is the outer membranous sac with lubricating fluid.
The heart has four chambers: two upper, thin-walled atria, and two lower, thick-walled ventricles.
The septum is a wall dividing the right and left sides.
Atrioventricular valves occur between the atria and ventricles – the tricuspid valve on the right and the bicuspid valve on the left; both valves are reenforced by chordae tendinae attached to muscular projections within the ventricles.
Passage of Blood Through the Heart
n      Blood follows this sequence through the heart: superior and inferior vena cava → right atrium → tricuspid valve → right ventricle → pulmonary semilunar valve → pulmonary trunk and arteries to the lungs → pulmonary veins leaving the lungs → left atrium → bicuspid valve → left ventricle → aortic semilunar valve → aorta → to the body.

The pumping of the heart sends out blood under pressure to the arteries.
Blood pressure is greatest in the aorta; the wall of the left ventricle is thicker than that of the right ventricle and pumps blood to the entire body.  Blood pressure then decreases as the cross-sectional area of arteries and then arterioles increases.

Asam Nukleat, Mononukleotida, DNA & RNA


Asam Nukleat, Mononukleotida, DNA & RNA

Asam nukleat merupakan polimer dari mononukleotida, oleh karena itu disebut pula sebagai polinukleotida. Untuk mempelajari asam nukleat perlu dipelajari nukleotida, struktur nukleotida. Ada dua jenis asam nukleat yaitu DNA dan RNA, terdapat di dalam semua sel dan berperan dalam proses biosintesis protein. Asam nukleat terdapat di dalam tubuh dalam bentuk nukleoprotein yaitu gabungan antara asam nukleat dan protein yang terdapat di dalam inti sel yang disebut juga sebagai kromatin.
Mononukleotida
Monukleotida merupakan monomer dari asam nukleat. Ada dua jenis Asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA/ Deoxyribonucleic Acid) dan asam ribonukleat (RNA/ Ribonucleic Acid) berperan dalam pemindahan sifat keturunan dari orang tua ke keturunannya.
Mononukleotida tersusun dari tiga unsur yaitu:
1. Basa nitrogen Purin dan Pirimidin
a. Basa Purin terdiri dari : Adenin (A) dan Guanin (G), adenin dan guanin terdapat pada DNA maupun RNA.
b. Basa Pirimidin terdiri dari: Timin (T), Uracil (U) dan Sitosin (C). Sitosin terdapat pada DNA maupun RNA, Timin hanya dijumpai pada DNA, sedangkan Urasil hanya dijumpai pada RNA.
2. Gula 5 karbon terdiri dari :
a. D-Ribosa yang menyusun RNA
b. 2-deoksi – D-Ribosa yang menyusun DNA
3. Phosphat (PO 4 =)
Gambar 1. Basa Purin (Adenin dan Guanin)
Gambar 2. Basa Pirimidin (Sitosin, Timin, dan Urasil)
Gambar 3. Gula D-Ribosa dan 2-deoksi D-ribosa

Basa-basa purin dan pirimidin dari asam nukleat mengandung gugus-gugus fungsional yang memungkinkan terjadinya ikatan hidrogen. Basa Adenin akan berpasangan dengan Timin yang dihubungkan dengan 2 (dua) ikatan hidrogen (A-T), sedangkan basa Guanin akan berpasangan dengan Sitosin yang dihubungkan dengan 3 (tiga) ikatan hidrogen (G-C).
Polinukleotida
Nukleotida satu dengan nukleotida yang lain akan membentuk ikatan phosphodiester. Ikatan phosphodiester terbentuk antara gugus phosphat pada atom C nomor 5 pada gula pentosa dari nukleotida satu dengan gugus OH pada atom C nomor 5 pada gula pentose dari nukleotida yang lain. Ikatan fosfodiester tersebut dapat dihidrolisa dan dapat diputuskan baik secara kimiawi maupun enzimatik. Hasil hidrolisa dari polinukleotida adalah nukleosida monophospat.
Gambar 4. Nukleotida
Gambar 5. Pasangan basa A-T dengan 2 ikatan hidrogen,
G-C dengan 3 ikatan hidrogen
Nukleosida adalah gabungan dari sebuah gula pentosa dan sebuah basa purin atau pirimidin.
Gambar 6. Polinukleotida
Pada umumnya nukleosida diberi nama sesuai dengan nama basa purin atau pirimidin yang membentuknya. Beberapa nukleosida berikut ini yang membentuk dari basa purin atau basa pirimidin dengan gula ribosa.
Tabel 1. Basa, nukleosida dan nukleotida

Ada beberapa nukleotida yang mempunyai gugus fosfat lebih dari satu, misalnya adenosin trifosfat (ATP) dan uridin trifosfat (UTP). Pada hidrolisis ATP akan melepaskan gugus fosfat dan terbentuk adenosindifosfat (ADP). Pada proses hidrolisis ini dihasilkan energi yang cukup besar yaitu 7000 kal/mol ATP. Oleh karena itu ikatan antara gugus fosfat dinamakan ikatan berenergi tinggi.

DNA (Deoxy Ribonucleic Acid)
DNA dapat diisolasi dari jaringan, misalnya darah terdapat pada sel darah kecuali sel darah merah, kuku, akar rambut, kulit, selaput mukosa, daging . Setiap sel pada manusia membawa 3 meter DNA yang terpilin ke kiri, yang kemudian DNA tersebut terkemas di dalam nukleolus dengan adanya protein histon yang selanjutnya terkemas di dalam kromatin, rangkaian kromatin membentuk kromosom. Manusia mempunyai 23 pasang kromosom atau 46 kromosom yang terdiri dari satu pasang kromosom seks (gonosom) dan 22 pasang kromosom tubuh (autosom). Kromosom-kromosom tersebut yang membawa sifat keturunan dari orang tua ke keturunannya.
Struktur DNA
DNA adalah polimer dari deoksiribonukleotida yang terikat satu dengan yang lain oleh ikatan antara atom C nomor 3 dengan atom C nomor 5 pada molekul deoksiribosa dengan perantara gugus fosfat.
Menurut Watson dan Crick yang menyusun model bentuk molekul DNA, bahwa molekul DNA adalah double helix, antara basa satu dari srain satu berpasangan dengan basa pasangannya pada strain yang satunya. Pasangan antara kedua basa tersebut dihubungkan dengan ikatan hidrogen. Srain satu dengan satunya saling komplementer, dimana basa Adenin selalu berpasangan dengan basa Timin (A-T) yang dihubungkan dengan 2 ikatan hidrogen, dan basa Sitosin selalu berpasangan dengan basa Guanin (C-G) yang dihubungkan denga 3 ikatan hidrogen.
Gambar 7. Molekul DNA double helix


Struktur RNA
RNA adalah suatu polimer dari asam ribonukleotida. Seperti pada DNA, asam ribonukleat ini terbentuk antara atom C nomor 3 dengan atom C nomor 5 pada molekul ribosa yang diperantarai oleh gugus fosfat. Meskipun ada beberapa persamaannya antara DNA dengan RNA terdapat juga beberapa perbedaan yaitu:
1. Bagian pentosa DNA adalah deoksiribosa, sedangkan pada RNA adalah ribosa.
2. Bentuk molekul DNA adalah Double helix, sedangkan molekul RNA adalah rantai tunggal .
3. Molekul DNA tersususn dari basa-basa nitrogen adenin, guanin, citosin, dan timin.
4. Molekul RNA tersusun dari basa-basa nitrogen adenin, guanin, citosin dan urasil.
Gambar 8. Perbedaan antara molekul DNA dan RNA

Ada tiga macam RNA yaitu:
1. dARN (ARN duta) atau mRNA (mesenger RNA), terdapat di dalam nukleus. Fungsinya menerima infomasi genetik dari DNA yang prosesnya disebut transkripsi.
2. pARN (ARN pemindah) atau tRNA (transfer RNA), terdapat di dalam sitoplasm. Fungsinya mengikat asam amino yang terdapat di dalam sitoplasma kemudian dibawa ke ribosom.
3. rARN (rRNA), terdapat di dalam ribosom yang terdapat di permukaan membran retikulum endoplasma kasar. Fungsinya tempat mensintesa protein dengan menggunakan bahan asam amino. Proses ini berlangsung di dalam ribosom dan hasil akhirnya berupa polipeptida.
Gambar 9. Struktur molekul mRNA
Gambar 10.Struktur molekul rRNA

RINGKASAN
1. Asam nukleat adalah rangkaian nukleotida, sehingga disebut pula polinukleotida. Nukleotida satu dengan nukleotida yang lain dihubungkan dengan ikatan phosphodiester.
2. Nukleotida tersusun dari : basa nitrogen, gula pentosa dan satu gugus phosphate, atau gabungan antara nukleosida dengan gugus phosphate.
3. Nukleosida adalah gabungan gula pentosa (ribosa atau 2-deoksiribosa )dan basa purin atau pirimidin (basa nitrogen)
4. Basa purin terdiri dari basa adenin (A) dan guanin (G)
5. Basa pirimidin terdiri dari basa Citosin (C), Timin (T) dan Urasil (U)
6. Asam nukleat terdiri dari 2 jenis yaitu asam deoksiribonukleat (DNA/ Deoxyribonucleic Acid) dan asam ribonukleat (RNA/ Ribonucleic Acid)
7. DNA tersusun dari double strain, strain satu dengan strain yang lainnya saling komplementer. Basa A selalu berpasangan dengan T yang dihubungkan dengan 2 ikatan hidrogen, sedangkan basa G selalu berpasangan dengan C yang dihubungkan dengan 3 ikatan hidrogen. DNA tersusun dari basa nitrogen A, G, C, T , gula 2 Deoksi Ribosa dan satu gugus phosphat.
8. RNA adalah asam nukleat yang tersusun singgle srain. Yang tersusun dari basa Nitrogen A, G, C, U, gula ribose, dan satu gugus phosphate.
9. Ada tiga macam RNA yaitu: mRNA (mesenger RNA) Fungsinya menerima infomasi genetik dari DNA, rRNA terdapat di dalam ribosom yang terdapat di permukaan membran retikulum endoplasma kasar, tRNA (transfer RNA) terdapat di dalam sitoplasm. Fungsinya mengikat asam amino yang terdapat di dalam sitoplasma kemudian dibawa ke ribosom.

Pengaruh Ekstrak

PENGARUH EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium ceva) TERHADAP PERTUMBUHAN KACAN G TANAH (Arachis hipogaea)  DAN TOMAT (Solanum lycopersicum)
OLEH
FADILLAH,A;CH,ERAYATI;GINTING,NGALO PUTRI
(Biologi Nondik-09, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan)
Contact  Person     :           085761462366 (Aisyah Fadillah)
 085270519801 (Erayati CH Ginting)
         085270123707 (Ngalo Putri Ginting)
ABSTRACT
Shallot (Allium ceva) contains quercetin considered has a potential as hypoglycemic agent through its inhibition acting to alpha amylase enzyme which play a role in carbohydrate digestion. The aim of the present study is to determine the influence of shallot ( Alium ceva) extract on the growth of the peanuts (Arachis hipogea) and tomatoes (Solanum lycopersicum). This study conducted to determine the substances contained in Allium ceva. Either a beneficial or detrimental to other plants. Not limited to that alone, in this experiment also aimed to determine the effect or response to any given plant extracts such Allium ceva. Know respons the peanuts and tomatoes, are positive in the sense of growth to be better both in quality and quantity. As well as on tomato. experiment was conducted on campus and in the experimental samples placed in a greenhouse. Experiment was conducted during the month. Observation and watering is done every day but the data assessment is done every week. This study has 2 parameters with 2 different plant extract that is giving Allium ceva to peanuts and not, as well as tomatoes. Expected to influence or responses that occur to both types of these plants differ from one another.



PENDAHULUAN
Bawang merah atau Brambang (Allium ascalonicum L.) adalah nama tanaman dari familia Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang merah merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia.
Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas.
Umbi bawang merah dan bawang bombay dikenal dapat menginduksi keluarnya air mata apabila diiris. Hal ini disebabkan reaksi berantai yang terjadi dalam sel-sel umbinya. Apabila umbi lapis diiris, sel-selnya akan pecah dan melepaskan berbagai senyawa yang terkandung di dalamnya. Dua senyawa yang terlepas di antaranya adalah enzim allinase and asam amino. Allinase yang bertemu dengan asam amino yang mengandung belerang (sulfoksida, yaitu sistein dan metionin) akan melepaskan asam sulfenat (R-SOH). Asam sulfenat bersifat tidak stabil dan segera berubah menjadi tiosulfinat [R-S(O)-S-R']. Tiosulfinatlah yang bertanggung jawab atas aroma khas bawang. Selain menjadi tiosulfinat, asam sulfenat yang bertemu dengan enzim lain, LF-sintase (LF singkatan dari lacrymatory factor: "faktor air mata"), akan diubah menjadi syn-propanethial-S-oxide yang berwujud gas.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan Bawang Merah (Allium ascalonicum) memiliki kandungan quercetin dalam kadar yang cukup tinggi. Quercetin adalah salah satu senyawa jenis flavonoid, bagian dari kelompok polifenol yang kandungannya terdapat pada berbagai tumbuhan dan diketahui memiliki berbagai potensi yang berguna bagi kesehatan.
Beberapa Kandungan yang bermanfaat dari bawang merah adalah Fosfor, Niacin,  Enzym Allinase, Sulfur,  Vitamin B 1,  Vitamin C,  Flavanoid, Asam Fenol,  Pektin,  Volati Oil,  Sterols, Kalsium, Saponis, Karbohidrat, Serat.
Bawang merah bukan sebagai sumber utama karbohidrat, pro-tein, vitamin maupun mineral. Namun demikian, potensi dari produk ini tak kalah penting daripada produk pertanian lainnya. Bawang merah merupakan komoditi pertanian ang banyak mengandung air, dimana airnya sekitar 80-85%. Dari setiap 100 gram umbi bawang merah kandungan airnya mencapai 80-85 g, protein 1,5 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 9,3 g. Adapun komponen lain adalah beta karoten 50 IU, tiamin 30 mg, riboflavin 0,04 mg, niasin 20 mg, asam askorbat (vitamin C) 9 mg. Mineralnya antara lain kalium 334 mg, zat besi 0,8 mg, fosfor 40 mg, dan menghasilkan energi 30 kalori.
Tanaman ini tumbuh di seluruh Indonesia terutama di pegu-nungan, sehari-hari dikenal sebagai bumbu untuk masakan, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain di dunia. Selain untuk bumbu, bawang merah sudah sejak lama digunakan untuk pengobatan keluarga.
Bangsa Mesir kuno telah mengenal bawang merah sejak 5000 tahun silam. Bawang merah merupakan bahan terkenal sebagai obat pilek sejak berabad-abad lamanya. Selain itu, bawang merah ber-fungsi membunuh bakteri penyebab penyakit Entamuba coli dan salmonella.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa bawang merah mampu menurunkan kadar kadar gula dan kolesterol dalam darah. Juga dapat menghambat enumpukan trombosit. Selain itu bawang merah dapat meningkatkan aktivitas fibriolitik sehinga memperlancar aliran darah. Tidak kalah pentingnya bawang merah dapat memobi-lisasi kolesterol dari tempat penimbunannya.
Dengan pengaruh semacam ini bawang merah dapat meneka terja-dinya penyakit komplikasi kencing mnis, seperti jantung, gangren dan penyakit lain. Menurut Depkes RI dalam Buku Tanaman Obat Indonesia, umbi bawang merah dengan nama simplisia Alii cepae Bulbus mengandung minyak atsiri,siklo aliin, metilaliin, dihidroaliin, kaemferol, fluroglusin.
Di dalam bawang merah terdapat ikatan asam amino yang tidak berbau, tak bewarna dan dapat larut dalam air. Ikatan asam amino ini disebut aliin. Dimana senyawa tersebut dapat berubah menjadi alicin. Bersama dengan tiamin (vitamin B), alicin dapat membentuk allitiamin, senyawa bentukan ini ternyata lebih mudah diserap oleh tubuh daripada viamin B sendiri. Degan demikian, alicin dapat membuat vitamin B lebih efisien dimanfaatkan oleh tubuh.
Senyawa-senyawa yang bersifat bakterisida dan fungisida diduga juga terdapat dalam minyak atrisi bawang merah. Menurut Depkes RI dalam Buku Tanaman Obat Indonesia, umbi bawang merah dengan nama simplisia Alii cepae Bulbus berguna untuk memacu enzim pencernaan, obat luka, peluruh air seni, peluruh dahak/obat batuk, peluruh haid, dan obat sakit gula.
Bawang goreng adalah bawang merah yang diiris tipis dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Pada umumnya, masakan Indonesia berupa soto dan sup menggunakan bawang goreng sebagai penyedap sewaktu dihidangka.bawang goreng merupakan bumbu yang paling sering di gunakan orang indonesia untuk membuat masakan.
Pemberian stimultor ekstrak bawang merah mampu meningkatkan produksi getah karet. Kandungan bawang merah dapat menghambat aktivitas mikroba yang berada di dalam lateks yang menyebabkan lateks tidak cepat menggumpal. Hal ini dapat melancarkan aliran lateks yang keluar dan lateks yang keluar lebih lama, menyebabkan produksi getah karet meningkat.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengatahui pengaruh kandungan bawang merah (Allium ceva) terhadap pertumbuhan kacang tanah (Arachis hypoagea
) ataupun tomat (Solanum lycopersicum). Dari respon yang ditunjukkan oleh masing-masing tanaman dapat diketahui kandungan dalam ekstrak bawang merah (Allium ceva) tersebut.
Diharapkan melalui percobaan ini dapat diketahui fungsi dari bawang merah (Allium ceva). Sehingga dapat bermanfaat sebagi sumber bahan alami yang dapat menjadi salah satu solusi untuk penanganan pertumbuhan tanaman serta sebagai sumber acuan untuk penelitian selanjutnya dalam menunjang perkembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut.
Kata kunci    : Allium ceva, Arachis hypoagea dan Solanum tuberosum.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Negeri Medan selama satu bulan (empat minggu), mulai November sampai dengan Desember 2010. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental.
Hal-hal yang diteliti adalah pengaruh ekstrak Allium ceva yang diambil dari pasar tradisional di daerah Tembung terhadap pertumbuhan kacang tanah dan tomat yang diperoleh dari tempat yang sama pula. Dan ditempatkan di rumah kaca di dalam wilayah kampus. Meneliti pertumbuhan pada tomat dan kacang tanah yang diberi ekstrak bawang merah dan yang tidak diberi ekstrak atau sebagai kontrol.
Biji tomat dan kacang tanah ditanam di dalam pot yang berbeda masing-masing dua pot. Kadar bawang merah yang diberikan pada satu pot kacang tanah dan tomat adalah sebanyak tiga siung bawang dengan ukuran yang sama. Bawang tersebut diiris halus dan ditaburkan di atas masing-masing pot. Pemberiannya dilakukan setiap satu minggu sekali, sama halnya dengan pengukuran pertumbuhan tinggi masing-masing batang dan dokumentasi pertumbuhan setiap tanaman. Namun penyiraman dan pengecekan sampel tanaman dilakukan setiap hari.
 
Gambar 1.1. Biji kacang tanah dan biji tomat
Pot 1(A)    : Biji kacang tanah yang diberi ekstrak bawang merah
Pot 2(B)    : Biji kacang tanah tanpa ekstrak bawang merah
Pot 3(C)    : Biji tomat yang diberi ekstrak bawang merah
Pot 4(D)    : Biji tomat yang tidak diberi ekstrak bawang merah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah satu hari percobaan, tidak ada terjadi pertumbuhan yang kasat mata pada masing-masing biji. Pada hari yang kedua, hanya kecambah dari kacang tanah yang muncul. Kecambah tomat muncul setelah percobaan berlangsung selama tiga hari. Hal ini terlihat dari pecahnya ovula dan muncul kecambah dari dalamnya.


A.    PERSENTASE PERKECAMBAHAN
Namun tinggi masing-masing kecambah berbeda satu dengan yang lainnya. Berikut ini merupakan table data perkecambahan masing-masing tanaman. Tabel ini menyediakan hari mulai munculnya kecambah.


PERLAKUAN    PENGULANGAN    PERSENTASE      
    1    2    3          
A    2    -    2    66%      
B    2    -    -    33%      
C    -    -    4    66%      
D    3    3    3    100%   

Catatan        : A = Pot I
          B = Pot II
          C = Pot III
          D = Pot IV
Dari data diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa biji yang tidak berkecambah (gagal). Hal itu dapat disebabkan oleh factor internay yaitu keadaan biji itu sendiri. Mungkin biji tersebut sudah tidak memungkinkan lagi untuk melakukan perkecambahan. Faktor yang lain adalah keadaan lingkungan sekitar yaitu suhu yang tidak sesuai, kelembaban, pH tanah, kurangnya cahaya dan sebagainya. Faktor yang lain adalah saat penyiraman yang berlebuhan atau kurangnya air.
Namun ada juga kecambah yang muncul. Hal ini berarti percobaan dapat dilanjutkan. Kecambah muncul serentak pada hari yang sama yaitu pada hari yang kedua dan ada yang hari ketiga. Namun letak perbedaannya pada tinggi batang yang muncul yang berhubungan dengan kecepatan pertumbuhan.



B.    TINGGI BATANG
    Analisi data tinggi batang masing-masing tanaman :
·    Kacang tanah (Arachis hypogaea)

PERLAKUAN    PENGULANGAN    TOTAL    RATA-RATA      
    1    2    3              
A    60 cm    -    43 cm    103    34.33      
B    35 cm    -     -    35    11.6      
TOTAL    95    -    43    138    45.9   

1.    Faktor Koreksi
FK  =    
FK     =    
    =   
    =    3174

2.    Jumlah rata-rata persegi/Sum of Square (SS)
a.    Jumlah rata-rata persegi total /Total Sum of Square (SStot)
SStot     =        
    =    (602 + 352 ) + (432)  – 3174
    =    (3600  + 1225) + (1849)  – 3174
    =    6674  – 3174
    = 3500
b.    Jumlah perlakuan rata-rata persegi /Treatment Sum of Square (SStr)
SStr    =    
    =      – 3174
    =      – 3174
    =    3944.66 – 3174
    =    770.66
c.    Jumlah kesalahan percobaan persegi/Experimental Error Sum of Square (SSexp error)
SSexp error    =    SStot – SStr
    =    3500 – 770.66
    =    2729.34

A.    Analisis VariansiAnalysis of Variance
1.     Derajat kebebasan/Free Degree (FD)
a.    FDperlakuan
V1    =    h – 1
    =    4 – 1  = 3
b.    FDexp error
V2    =    (rh – 1) – (h-1)
    =    (3*4 – 1) – (4– 1 )
    =    8
2.    Kuadrat tengah/Middle Square (MS)
a.    Kuadrat tengah perlakuan/Middle Squareperlakuan
MStr    =   
    =   
    =    256.88
b.    Kuadrat tengah/Middle Squareexp error
MSexp error    =   
    =   
    =    341.16

3.    F Test
a.    F count    =   
    =    
    =    0.75

b.    F 5% =  4.07
c.    F 1% = 7.59

4.    Analisis koefisien/Variance Coefficient (VC)
VC     =      x 100%
      =    
        =      =    11.5
VC    =     x 100%
    =      x 100%
    =    1.6%

·    Tomat (Solanum lycopersicum)

PERLAKUAN    PENGULANGAN    TOTAL    RATA-RATA      
    1    2    3              
C    -    -     26 cm    26    8.6      
D    26 cm    43 cm    30 cm     99    33      
TOTAL    26    43    56    125    41.6   


1.    Faktor Koreksi/Correction Factor (CF)
CF  =    
CF     =    
    =   
    =    2604.166

2.     Jumlah rata-rata persegi/ Sum of Square (SS)
a.    Jumlah rata-rata persegi total/Total Sum of Square (SStot)
SStot     =        
    =    (262) +( 432 ) + (262 + 302)  – 2604.166
    =    (676) +( 1849) + (676+ 900)  – 2604.166
    = 4101 – 2604.166
    = 1496.83
b.    Jumlah perlakuan rata-rata persegi/Treatment Sum of Square (SStr)
SStr    =    
    =      – 2604.166
    =      – 2604.166
    =    3492.33 – 2604.166
    =    888.167
c.    Jumlah kesalahan percobaan persegi/Experimental Error Sum of Square
(SSexp error)
SSexp error    =    SStot – SStr
    =    1496.83 – 888.167
          = 608.663

A.    Analisis variansi/Analysis of Variance
1.    Derajat kebebasan/Free Degree (FD)
a.    FDperlakuan
V1    =    h – 1
    =    4 – 1  = 3
c.    FDexp error
V2    =    (rh – 1) – (h-1)
    =    (3*4 – 1) – (4– 1 )
    =    8
2.    Kudrat Tengah/Middle Square (MS)
a.    Kudrat tengah perlakuan/Middle Squaretreatment
MStr    =   
    =   
    =    296.0
c.    Kuadrat tengah/Middle Squareexp error
MSexp error    =   
    =   
    =    76.0

b.    F Test
d.    F count    =   
    =    
    =    3.74

e.    F 5% =  4.07
f.    F 1% = 7.59

c.    Analisis koefisien/Variance Coefficient (VC)
VC     =      x 100%
      =    
        =      =    10.41
VC    =     x 100%
    =      x 100%
    =    0.83%

    Setelah melakukan penelitian ini dapat diketahui bahwa ekstrak bawang merah memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tomat dan kacang tanah. Pada tomat, ekstrak bawang merah bekerja sebagai allelopati yang menyebabkan pertumbuhan tomat menjadi lebih lama. Pada tomat yangv diberikan ekstrak bawang kecambah muncul pada hari yang keempat, berbeda dengan tomat yang tidak diberi ekstrak yaitu muncul pada hari yang ketiga.
    Dan pertumbuhan pada tomat pun menjadi lebih lambat, karena pada penelitian hari terakhir tinggi tanaman tomat yang tidak diberi ekstrak jauh lebih tinggi daripada tomat yang diberi ekstrak tomat. Hal ini berbeda dengan sumber yang pernah kami dengar yang menyatakan bahwa bawang merah memiliki kadar ausin yang tinggi sehingga dapat mempercepat tinggi suatu tanaman.
    Lain halnya dengan tomat, pada kacang tanah yang diberi ekstrak bawang merah lebih cepat tumbuh daripada kacang tanah yang tidak diberi ekstrak bawang merah. Dari hasil percobaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi ekstrak bawang merah berubah menjadi hormon auksin yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan yang terjadi pada pertumbuhan kacang tanah yang diberikan ekstrak bawang merah dengan yang tidak diberi ekstrak.
    Kacang tanah yang diberi ekstrak bawang merah lebih cepat tumbuh dan tinggi akhirnya juga lebih tinggi dibandingkan dengan kacang tanah yang tidak diberikan ekstrak.


KESIMPULAN
    Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang merah dapat menjadi penghambat (allelopati) dan bias juga berfungsi sebagai hormon yang dapat mempercepat pertumbuhan suatu tanaman.
    Pada tomat (Solanum lycopersicum) ekstrak bawang merah menghambat pertumbuhan, sedangkan pada kacang tanah berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan.

SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mengetahui zat-zat yang terkandung dalam bawang merah (Allium ceva).




















DAFTAR PUSTAKA
Adetumbi, M., G.T. Javor, and B.H.S. Lau. 1986.Allium sativum (garlic) inhibits lipid synthesis
by Candida albicans. Antimicrobial Agents Chemotherapy 30: 499−501.
Radosevich S, Holt J, Ghersa C (1997) Weed Ecology Implications for Management, Wiley, New York.
Sasmitamihardja Dardjat.1991. Fisiologi Tumbuhan. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik  : Direktorat Jendal Pendidikan Tinggi
Watt, J.M. and Breyer-Brandwijk, M.G. 1962. The medicinal and poisonous plants of southern and eastern Africa. 2nd ed. E.&S. Livingstone, Ltd., Edinburgh and London.
Winarno, F.G., 1997, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Rabu, 23 November 2011

adaptasi

Aklimasi adalah perubahan fisiologis dapat balik yang membantu mempertahankan fungsi dari organisme dalam kondisi lingkungan yang berubah.
A. Pengetian, Arti Definisi Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik.
B. Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.
Proses Aklimatisasi Pada Tebar Benur
Pengertian dasar dari proses aklimatisasi seperti telah disebutkan di atas adalah proses penyesuaian dua kondisi lingkungan yang berbeda (dari hatchery ke perairan tambak) sehingga perubahan kondisi tersebut tidak menimbulkan stress bagi benur. Kegiatan ini perlu dilakukan secara cermat dan penuh kesabaran agar tingkat stress benur terhadap perubahan lingkungan dapat ditekan seminimal mungkin sehingga secara kualitas dan kondisi benur dapat dipertahankan secara optimal.
Tahapan-tahapan yang biasa digunakan dalam proses aklimatisasi mencakup:
1.    Pemindahan benur-benur yang masih dalam kemasan ke perairan tambak. Usahakan agar kemasan-kemasan benur tersebut dikumpulkan pada suatu tempat yang mudah untuk dijangkau di dalam petakan tambak (biasanya di pinggir petakan tambak atau di pojok petakan tambak) yang diberi pembatas sehingga kemasan benur tidak menyebar. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengamatan kondisi dan aktivitas benur selama proses aklimatisasi.
Selama proses ini kemasan benur sebaiknya tidak dibuka terlebih dahulu (kecuali kemasan yang telah digunakan untuk sampling benur) dan biarkan selama beberapa saat di dalam perairan dalam keadaan tertutup. Selanjutnya lakukan pengamatan pada beberapa kemasan benur tersebut, jika di dalam kemasan benur tersebut telah terlihat berembun maka kemasan benur sudah dapat dibuka. Indikator ini menunjukkan bahwa suhu antara perairan tambak dan kemasan benur relatif telah sama. Lakukan hal sama pada kemasan-kemasan benur yang telah menunjukkan indikator yang sama.
2.    Pada saat membuka kemasan benur, lakukan penambahan air tambak ke dalam kemasan benur tersebut secara perlahan dengan menggunakan telapak tangan sehingga sebagian kemasan benur dalam kondisi berada di dalam perairan tambak. Biarkan kondisi tersebut untuk beberapa saat, dan lakukan kegiatan yang sama untuk kemasan-kemasan benur lainnya.
Selanjutnya lakukan pengamatan terhadap kondisi dan aktifitas benur pada beberapa kemasan tersebut. Jika benur-benur di dalam kemasan sudah terlihat secara aktif di pinggir kemasan (pada beberapa kasus benur terlihat konvoi) maka hal ini menunjukkan bahwa benur sudah siap dipindahkan ke dalam perairan tambak. Indikator ini menunjukkan bahwa kondisi kualitas air secara umum antara perairan tambak dan kemasan benur relatif telah sama
3.    Pindahkan benur di dalam kemasan ke perairan tambak secara perlahan-lahan jika hasil pengamatan telah menunjukkan indikator seperti item no.2 di atas. Lakukan kegiatan yang sama untuk kemasan-kemasan benur lainnya.
4.    Lakukan pembersihan perairan tambak terhadap sampah/kotoran yang ditimbulkan oleh proses tebar benur ini agar tidak menimbulkan kendala dalam proses budidaya udang berikutnya.
Secara umum hal yang perlu diperhatikan dalam proses tebar benur selain faktor teknis budidaya adalah faktor kecermatan, ketekunan/kesabaran baik dalam melakukan proses tebar maupun pengamatan terhadap indikator-indikator dalam proses aklimatisasi agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan terkait dengan teknis budidaya udang.
SUMBER :
Arber A. 1950. The Natural Philosophy of Plant Form. London: Cambridge University.
Albaugh TJ, Allen HL, Dougherty PM, Kress LW, King JS: Leaf area and above- and          belowground growth responses of loblolly pine to nutrient and water additions. For Sci 1998, 44:317-328.

Laporan Kuliah Lapangan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
 Hewan dapat didefinisikan sebagai kelompok makhluk hidup multiseluler yang berevolusi dari organisme eukariot yang memilki nenek moyang “protista” sebagai organisme heterotrof sel tubuh hewan telah mengalami spesialisasi dan mempunyai bermacam-macam fungsi terutama untuk pembentukan struktur tubuh metabolisme, menerima rangsangan, pergerakan, dan reproduksi.
Kepadatan populasi suatu jenis atau kelompok  hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa perunit. Atau persatuan luas atau persatuan volume. Kepadatan populasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komunitas lain. Keberadaan dan kepadatan popuasi suatu jenis hewan bergantung dari faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik bagi hewan itu sendiri yaitu lingkungan dan organisme lain yang terdapat di habitatnya  seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan jenis hewan lainnya. Pada komunitas itu jenis-jenis organisme saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi itu dapat berupa predasi, parasit, kompetensi, simbiosis dan interaksi yang lainnya.
Interaksi antara populasi merupakan interaksi yang terjadi antara populasi-populasi dari berbagai spesies yang berbeda yang hidup bersama dalam suatu komunitas. Dapat dikatakan bahwa populasi dari berbagai spesies berbeda yang terdapat dalam suatu komunitas yang hidup berdampingan satu sama lain. Beberapa ciri statistik penting pada populasi adalah kerapatan, natalitas, mortalitas, sebaran umur, potensi biotik, pancaran dan bentuk pertumbuhan. Di samping itu populasi itu juga memiliki karakteristik genetik yang langsung berhubungan dengan egologinya, adalah keadaptifan, ketegaran reproduktif, dan persistensi meninggalkan keturunan dalam waktu yang lama.
Perhitungan populasi  bertujuan untuk mengetahui keragaman dan kemelimpahan jenis hewan yang tinggal di suatu tempat. Dalam melakukan penelitian ekologi hewan di lakukan di pantai Sawarna, kecamatan Bayah kabupaten Lebak yaitu dengan menghitung kemelimpahan populasi (metode CMRR), kemelimpahan fauna tanah (metode Pit fall trap), dan menghitung kemelimpahan gastropoda (metode survey). Penelitian ini juga dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum lapangan mata kuliah Ekologi Hewan.
1.1  Tujuan
·         Estimasi Kemelimpahan Populasi (Metode CMRR)
1.      Dapat memperkirakan populasi belalang dengan menggunakan capture-mark-release-recapture (CMRR)
·         Kemelimpahan Fauna Tanah
1.      Untuk mempelajari studi kemelimpahan makro dan mikro fauna tanah dengan metode Pit Fall Trap dan Hand sortir.
·         Studi Kemelimpahan Gastropoda
1.      Mempelajari kemelimpahan gastropoda di kawasan pantai Sawarna














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
     Hewan sebagai komponen penyusun komonitas biotik dalam suatu ekosistem mempunyai peran dan fungsi penting untuk habitat dan lingkungan serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan adalah faktor-faktor di luar makhluk hidup yang berpengaruh langsung pada kemungkinan hewan untuk dapat bertahan hidup, tumbuh dan berkembangbiak. Lingkungan ada yang berhubungan langsung dan ada yang tidak langsung dengan suatu organisme. Kondisi-kondisi lokal yang berhubungan langsung dengan suatu organisme disebut lingkungan mikro, sedang seluruh kondisi abiotik yang ada di luar lingkungan mikro disebut lingkungan makro. Di dalam habitatnya organisme sudah menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada seingga mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembangbiak.
Suatu komunitas terdiri dari berbagai kumpulan populasi yang saling berinteraksi satu sama lain. Oleh karena itu dalam komunitas berarti ada keanekaragaman jenis-jenis ynag terkumpul membentuk populasi dan saling berinteraksi antar populasi tersebut membentuk komunitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam komunitas salah satu cirri utama adalah adanya keanekaragaman jenis.  Keanekaragaman jenis dari seluruh jumlah jenis di dalam komponen tropic atau dalam suatu komunitas secara keseluruhan ditentukan oleh jenis yang jarang, dominan, atau umum (Odum, 1971). Untuk mengetahui keanekaragaman suatu organisme maka kita harus mengetahui kemelimpahan suatu individu, kemelimpahan dapat di ketahui dengan menggunakan beberapa metode yaitu CMRR (Capture, Mark, Release, dan Recapture), Pit Fall trap, dan Transek.

a.      CMMR (Capture, Mark, Release, dan Recapture)
Metode ini sangat penting dalam ekologi hewan sebab tidak hanya perkiraan kerapatan yang diperoleh tetapi perkiraan laju kelahiran dan laju kematian populasi yang dikaji juga diketahui.syarat berlakunya metode CMRR yaitu :
Ø  Pergantian antar individu rendah (tidak mudah mati, tidak mudah besar, tidak mudah berkembang biak).
Hal yang pertama dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kelompok makhluk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya dan metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada rumus Paterson.
Metode Fit Fall Trap
Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan lainnya. Jelaslah bahwa hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah. Dengan denikian, kehidupan hewan tanah sangatdi tentukan oleh faktor fisika-kimia tanah, karena itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur.
Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung di lapangan dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk pengukuran faktor fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan pengambilan contoh tanah dan dibawa ke laboraturium. Dilapangan hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang perangkap jebak (pit fall-trap). Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang perangkap jebak juga tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara dinamik.

c.       Metode Transek
Pada kuliah lapangan yang dilakukan, dalam mengetahui kelimpahan gastropoda dengan menggunakan metode transek, transek dibentangkan tegak lurus terhadap garis pantai.

Kelas gastropoda merupakan kelas terbesar dari mollusca lebih dari 75.000 species yang ada telah teridentifikasi dan 15.000 diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya.  Fosil dari kelas tersebut secara terus menerus tercatat mulai awal zaman Cambrian. Ditemukan gastropoda di berbagai macam habitat, dapat disimpulkan bahwa gastropoda merupakan kelas yang paling sukses di antara kelas lain (Barnes, 1980).
Morfologi gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang dibagian luarnya dilapisi zat tanduk (Sutikno, 1995). Cangkang gastropoda yang berputar ke arah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. siput-siput gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali ditemukan dalam bentuk sinistral (Dharma, 1988). Pertumbuhan cangkang yang melilin spiral di sebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam (Nontji, 1987).
            Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetris dengan mantelnya terletak di bagian depan, cangkangnya berikut isi perutnya terguling spiral kearah belakang. Letak mantel di bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan torsi atau perputaran pada pertumbuhan siput gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejak dari perkembangan larvanya.pada gerakannya dengan arah berlawanan jarum jam (Dharma, 1988)
Faktor-Faktor Lingkungan yang berpengaruh di daerah pantai adalah faktor biotik dan faktor abiotik, faktor biotik meliputi hewan laut seperti siput laut, tripang, bintang laut, kerang, dan jenis tumbuhan laut berupa ganggang coklat, rumput laut, sedangkan faktor abiotik meliputi pasang surut , suhu, gerakan ombak, salinitas dan substrat dasar.
BAB III
METODOLOGI
a.      Waktu pengamatan
Adapun waktu pengamatannya adalah :
Hari, Tanggal              : Sabtu, 18 Desember 2010
Waktu                         : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat                        : Sawarna, Bayah

b.      Metode

3.1  Penelitian Estimasi kemelimpahan populasi (CMRR)
a.       Alat Dan Bahan 
Ø  1 Buah insect net
Ø  Tali rapi
Ø  Tipe-x untuk bahan penanda
Ø  Termometer
Ø  Kantung plastik

b.      Cara Kerja
1.      Menentukan lokasi pencuplikan belalang
2.      Membuat garis lurus dari satu ujung ke ujung yang lainnya dengan menggunakan tali rapia dengan ukuran 5 m.
3.      Melakukan pencuplikan pertama dengan menggunakan insect   net sambil berjalan pada garis yang telah di buat. kemudian berbalik lagi sehingga sampai ke tempat semula. insec net digerak-gerak dengan cara zig zag.
4.      Pencuplikan kedua dilakukan setelah 20 menit dilakukannya pencuplikan pertama.
5.      Pencuplikan dilaksanakan sebanyak 2 kali.
6.      Data hasil pencuplikan dibuat dalam bentuk tabel.
7.      Data hasil pencuplikan di hitung dengan menggunakan metode Petersen.



3.2  Kemelimpahan fauna tanah
a.       Alat Dan Bahan Kemelimpahan fauna tanah
Ø  Aqua  plastik 4 buah
Ø  Tali rapia
Ø  Termometer
Ø  Kertas lakmus
Ø  Sekop
Ø  Larutan deterjen dan Formalin 4%
Ø  Kantung plastik sampel
Ø  Kertas label
b.  Cara Kerja
Metode pit fall trap
1.      Catat kondisi lokasi penelitian (factor klimatik:suhu, kelembaban, pH tanah,tekstur tanah jenis tanah  vegetasi diatas tanah dan pendayagunaan lahan yang di pakai untuk eksperimen).
2.      Plot penelitian dilakukan sebelum melakukan  eksperimen.
3.      Aqua plastik di rangkai sehingga menjadi sebuah jebakan.
4.      Jebakan dibenamkan di dalam tanah dengan bibir cawan sejajar dengan permukan tanah.
5.      Cawan diisi dengan larutan formalin 4% setinggi 2 cm, di tetesi dengan sedikit larutan deterjen,kemudian d pasang pelindung pada bagian atas cawan jebakan.
6.      Perangkap di ambil setelah 1 jam pengamatan dan dilihat berapa banyak spesies yang terjebak.
7.      Data di hitung dengan menggunakan Indeks Shannon-wienner.
8.      Menentukan kemelimpahannya.





3.3  Studi kemelimpahan Gastropoda
a.       Alat Dan Bahan Penelitaian studi kemelimpahan Gastropoda
Ø  Formalin 4%
Ø  pH meter /keretas lakmus
Ø  Termometer
Ø  Tali rapia
Ø  Kantung plastic/botol jam
Ø  Kertas label
b.      Cara Kerja
1.      Penelitian dilakukan dengan metode survey
2.      Penentuan stasiun dilakukan secara purposive random sampling berdasarkan perairan di daerah sawarna
3.      Pengambilan sampel dilakukan dengan metode transek
4.      Transek di bentangkan  tegak lurus terhadap garis pantai dimulai dari mulut pantai
5.      Transek di buat sepanjang 70 meter
6.      Faktor klimatik seperti suhu air, suhu udara, kelembaban udara, salinitas,pH, air,dan Do air diukur.profil  substrat gastropoda pada setiap plot sebaiknya dicatat
7.      Lakukan pengambilan gastropoda dan di simpan di botol selai yang telah di beri larutan formalin 4%.
8.      Identifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi.
9.      Analisis data dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Winner.
10.  Menentukan keragaman dari gastropoda.

Pembahasan
Pada kuliah lapangan tentang estimasi kemelimpahan populasi dengan metode CMMR (Capture, Mark, Recapture, dan Release) dilakukan dengan membuat transek yang berukuran 5 meter dan menangkap belalang dengan memakai Insec net dan di lakukan pencuplikan sebanyak 2 kali. Adapun hasilnya berupa :
Ø  Pada pencuplikan pertama terdapat 2 species belalang yang tertangkap di jarak 2 meter, species tersebut meliputi belalang hijau dan belalang coklat. Sementara pada penangkapan kedua terdapat 2 species belalang yang tertangkap yaitu belalang yang berwarna ijo pada bagian badan nya dan coklat pada bagian coklat pada jarak 5 meter . Adapun species belalang yang tertangkap lagi pada penangkap kembali yaitu berjumlah 1 Species yaitu belalang coklat.
Ø  Pada pencuplikan kedua terdapat 3 species belalang yang tertangkap di jarak 1 meter, species tersebut meliputi belalang hijau . Sementara pada penangkapan kedua terdapat 2 species belalang  yang tertangkap di jarak 5 meter yaitu belalang yang berwarna ijo dan belalang coklat. Adapun species belalang yang tertangkap lagi pada penangkap kembali yaitu berjumlah 1 Species yaitu belalang hijau.
Setelah dilakukan perhitungan mengenai kemelimpahan  dengan menggunakan metode Petersen didapatkan bahwa SE pada pencuplikan pertama lebih  besar dari pada SE pencuplikan Kedua yaitu pencuplikan pertama bernilai 2 dan pencuplikan kedua yaitu 3.46.Adapun species belalang yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua Karena belalang tersebut masih dalam lingkup (lingkungan) yang sama adapun jika belalang tersebut berpindah tempat tidak terlalu jauh. Pada pengamatan ini belalang yang kami tandai pada pencuplikan pertama tidak ditemukan kembali pada pencuplikan kedua karena pola penyebaran belalang tersebut luas.
           
4.2 Kemelimpahan Fauna tanah
Pada kemelimpahan fauna tanah, terlebih dahulu mengukur faktor klimatik :
·         Suhu udara terukur           : 360 C
·         Suhu Tanah                       : 320 C
·         PH Tanah                          : 7
Didapatkan 15 semut yang terjebak di Pit Fall trap, adapun perhitungannya adalah :
H   =-. Log
       =-. Log
      =-∑ 1 . log 1
      =-∑ 1 . 0
      = 0
Keterangan :
< 1       : rendah
1-3       : sedang
> 3       : tinggi

Pembahasan
Pada kuliah lapangan tentang kemelimpahan fauna tanah dengan metode pit fall trap  dilakukan dengan membuat plot dan membuat jebakan dari cawan diisi dengan larutan formalin 4% setinggi 2 cm dan ditetesi sedikit deterjen. Setelah satu jam perangkap di ambil hanya terdapat 15 semut yang terjebak. Adapun hasilnya hanya berupa semut saja. Kemungkinan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya pada waktu membuat jebakan, menggali tanahnya kurang dalam sehingga waktu jebakan di benamkan didalam tanah dengan bibir cawan tidak sejajar dengan permukaan tanah. Akibatnya serangga-serangga lain tidak masuk kedalam jebakan dan hanya semut saja yang masuk kedalam jebakan tersebut.
Setelah dilakukan perhitungan mengenai kemelimpahan dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Winner  0≤ 1, artinya  keragaman semut rendah
4.2  Kelimpahan gastropoda
Pada kemelimpahan gastropoda, terlebih dahulu mengukur faktor klimatik :
·         Suhu udara terukur           : 360C
·         Suhu Tanah                       : 320 C
·         PH air                                : 9
No
Famili
Jumlah spesies
1
Turbinidae
4
2
Tronchidae
20
3
Fissurellidae
3
4
Ellobiidae
1
5
Strombidae
3
6
Cerithiidae
5
7
Buliidae
1
8
Buccinidae
4
9
Columbellidae 
1

Jumlah
42




Kemelimpahan Gastropoda, di hitung dengan metode Shannon-Wienner
Family Turbinidae (4 Species)
H         =-. Log
            =-. Log
            =-∑ 0,095 . log 0,095
            =-∑ 0,095 . -1,02
            = 0,096

Family Tronchidae (20 Species)
H         =-. Log
            =-. Log
            =-∑ 0,47 . log 0,47
            =-∑ 0,47 . -0,32
            = 0,15

Family Fissurellidae (3 Species)
H         =-. Log
            =-. Log
            =-∑ 0,07 . log 0,07
            =-∑ 0,07 . -1,15
            = 0,08

Family Ellobiidae (1 Species)
H         =-. Log
            =-. Log
            =-∑ 0,02 . log 0,02
            =-∑ 0,02 . – 1,69
            = 0,03

Family Strombidae (3 Species)
H         =-. Log
            =-. Log
            =-∑ 0,07 . log 0,07
            =-∑ 0,07. - 1.15
            = 0,08

Family Cerithiidae (5 Species)
H         =-. Log
            =-. Log
            =-∑ 0,11 . log 0,11
            =-∑ 0,11 . – 0,95
            = 0,10




Family Buliidae (1 Species)
H         =-. Log
            =-. Log
            =-∑ 0,02 . log 0,02
            =-∑ 0,02 . -1,69
            = 0,03

Family Buccinidae (4 Species)
H         =-. Log
            =-. Log
            =-∑ 0,09 . log 0,09
            =-∑ 0,09 . – 1.04
            = 0,09


Family Columbellidae  (1 Species)
H         =-. Log
          =-. Log
=-∑ 0,02 . log 0,02
                                                           =-∑ 0,02 . - 1.69
                                                           = 0,03